Jumat, 23 Juli 2010

Cinta itu ada..karena cinta ada di sekitar kita...part 1

Seperti tari sedati yang terlihat indah karena memainkan keluwesan tubuh para penarinya , berirama mengikuti alunan musik daerah aceh yang mengalir bak alunan lirik timur tengah, begitupun juga aku, menikmati setiap detik suasana malam inagurasi yang terasa cukup menghibur pikiranku, larut bersama semangat para pementas adalah pilihan bagiku untuk menikmati suasana malam itu. Paduan suara yang membahana selaras seirama membuat seisi ruangan takjub dengan permainan melodi yang indah, kombinasi suara Sopran dan alto dari sekelompok pria dan wanita diiringi oleh instrument gendang sederhana sebagai pengatur tempo membuat semua terbawa dalam suasana. Kulihat suasana sekitar, begitu banyak wanita dengan gaun semiformal terlihat lalu lalang, cantik. Tak perduli mereka berpasangan atau bahkan hanya sendiri, yang jelas mereka semua menikmati acara ini. Aku duduk dideret bangku nomor lima dari belakang, kulihat disampingku sepasang kekasih yang sedang terlibat pembicaraan hangat, sementara kudapati diriku hanya duduk sendiri ditemani secangkir teh hangat, aku hanya bisa tersenyum dalam hati mendapati diriku hanya seorang diri, tak ada wanita atau orang yang kukenal sekalipun, ya bahkan aku harus tersenyum dalam hati karena aku hanya seorang diri, Balutan jas semi formal yang membungkus tubuhku mulai membuat keringat tubuhku mengalir deras, pendingin ruangan yang tersedia pun tak dapat menghentikan kucuran keringat yang mulai membasahi setiap singsingan lengan bajuku. Tapi ada satu yang sejenak menghilangkan panasnya ruangan yang kutempati, kulihat seorang anak kecil tertawa polos didepanku, bercanda dengan kedua orang tuanya, sebuah senyuman yang tulus terpancar dari wajahnya. Sesekali ia berpaling ke belakang melihatku, tersenyum, senyuman khas anak kecil yang selalu saja menghiburku. Aku hanya bisa terdiam, ketika kudapati hampir semua hadirin menengokkan kepala ke belakang, aku pun latah mencoba melihat apa yang ada di belakang saat itu. Kudapati Segerombolan gadis berdiri dengan rapih bersiap mengisi acara dengan balutan pakaian tradisional, terlihat raut wajah tegang diantara penari, bahkan sebagian ada yang menggigit bibirnya yang terlihat merah. Dipandu dengan aba-aba seorang MC yang mempersilahkan masuk, gerombolan gadis-gadis itu berjalan menuju panggung dari arah belakang, alunan langkah sekitar 50 gadis cantik itu terasa sunyi, bahkan tumbukan antara tumit sang penari dan kerasnya lantai yang melapisi ruangan itu tak terdengar sedikitpun saat mereka berjalan beriringan, lalu terbagi menjadi 3 bagian kelompok sendratari yang memukau mata, meliuk-liuk diantara rumitnya alunan musik daerah yang dikumandangkan oleh seorang wanita berbaju hitam yang terlihat cantik diantara gerombolan penari yang sedang larut dalam gerakannya. Gemulai. Luwes. Indah. Tari saman yang mereka suguhkan mendapatkan sambutan meriah, mungkin itulah harga yang pantas untuk sebuah usaha yang gigih selama berhari-hari.

###
“Hai…” Ia mengagetkanku dari belakang, kulihat wajahnya penuh dengan pulasan make up yang sangat tebal menutupi wajahnya. Ya, Ia bagian dari 50 orang penari yang mengisi acara saat itu, kedatanganku pun hanya satu tujuan, menemani gadis pujaanku tampil hari itu. “Bagus, Aku ga nyangka kamu bisa gitu..” sapaku. Ia tersenyum, lalu menarik nafas dalam, “ iya nih, tapi cape banget..” disandarkannya kepalanya tepat di bahuku, lantas menikmati penampilan drama yang sudah mulai sejak 5menit yang lalu, “maaf ya lama..” Ujarnya singkat. “Ia gpp kok..” sahutku, aku menengok ke arahnya, ia pun melihat kedua mataku, diam, lalu tersenyum manis. masih terlihat rona keletihan dari wajahnya terpancar jelas di kedua mataku, membiarkannya terdiam adalah pilihan bagiku agar ia berisitirahat sejenak saat itu.
“Kamu tampil lagi?”
“ngga kok…aku cape nih..pulang yuk” Ucapnya.
“Gimana kalau kita jalan dulu? Tanyaku
“boleh..” Laura menyetujui.

####


“aku pengen ngomong sama kamu ra..” panggilku. Sebelum laura bereaksi atas ucapanku, aku mendekap laura persis dibelakangnya, gemericik debur ombak yang membahana membuat tubuhku dingin saat itu, aku pun memeluk laura, ia terdiam. “Knp dit? Ngomong aja” suara laura sayup-sayup tertangkap di gendang telingaku, ia menarik nafas, menghembuskannya, lantas kembali memelukku dengan erat. Rambutnya yang terurai, tergerai oleh semilir angin pantai yang menusuk setiap persendian tubuhku. Jarum jam sudah menunjukan pukul 12 malam saat itu, hanya ada aku, laura, serta beberapa pasangan muda yang tampak menikmati deburan ombak malam hari, terkadang deras, namun menenangkan. “aku dapet beasiswa ra..” tiba-tiba laura memotong pembicaraan, membalikkan tubuhnya, lantas memelukku dari depan, aku hanya bisa terdiam menikmati kejadiaan saat itu, aroma wangi tubuhnya menyeruak jelas melewati hidungku, “dapet beasiswa darimana?” laura takjub. ”Terus dimana? Kamu hebat ya, coba aku kaya kamu..” laura mencium pipiku,lembut, “selamat ya..” ucap laura. aku hanya bisa terdiam, dan menikmati detik demi detik waktu yang terlewat bersamanya “tapi ra..” aku menatap laura. Lalu kugenggam kedua tangan laura “..aku dapet beasiswa di jepang, 2 tahun, besok aku berangkat jam 12 siang, maaf ra mendadak, aku juga ga nyangka bisa secepat ini, aku baru dapet kabar 2 hari yang lalu,“ laura tersentak, menatapku, lalu membalikkan tubuhnya membelakangiku, ‘kamu pasti lagi bercanda kan dit?” Tanya laura. Aku menggelengkan kepala. Tidak bisa mengerti semua ini terjadi begitu cepat, tapi dia juga tahu, ini bukan main-main. Meskipun tahu perkataanku bukan bercanda. Laura masih berharap itu hanya gertak sambal olehku, tapi ternyata salah. “aku harus pergi mengambil beasiswa itu ra” laura terperangah. Ia hanya bisa pasrah dan ikhlas menjalani. , air matanya mengalir membasahi pipinya, “ga pa-pa dit,..” aku merapatkan tubuhku, tanganku menyeka air mata yang membasahi pipi laura, laura terpaku, tatapannya kosong, “kalau itu yang terbaik, aku pasti dukung..aku nunggu kamu disini dit..” sambung laura. laura menyandarkan kepalanya tepat dibahuku, kami terdiam cukup lama, semilir angin malam tak mampu membuatku beranjak
“dit, kamu inget ga waktu pertama kali kita kenalan? Aku kangen deh masa-masa itu, lucu banget yah kita” Ucap laura mengenang.
“iya ra..” laura menatapku “aku inget kamu dulu benci sama aku..sampe sekarang aku juga ga tau kenapa kamu dulu benci sama aku..” ucapku
“kamu sombong dit..” ia menatapku manja “sombong banget..”ucap sambung laura, “sombong kenapa?” Tanyaku heran saat melihat laura menatapku dengan sorot aneh.
“gpp..sombong aja..” Laura tersenyum manis, menyembulkan sepasang lesung pipi kecilnya
“dasar, aneh kamu..” Laura mencubitku mesra, cubitan yang menggoda. Ia tersenyum. Lalu menatapku, tatapannya genit seolah merayuku untuk memeluknya. Tak mau kalah, aku pun membalas cubitannya,tapi ia menggigit tanganku, lalu berlari menyusuri pantai yang terlihat eksotis malam itu. Laura terus berlari, tertawa, dibentangkan kedua tangannya ke udara, lalu menggodaku, “ayo kejar aku jelek..” Aku menghela nafas, lalu berlari mengejarnya, ia menghindar, namun ku terus berusaha menangkapnya, laura mengelak. Kutarik tubuhnya dalam dekapanku, kurasakan kehangatan tubuhnya, laura hanya terdiam. “aw…” tiba-tiba saja laura kembali mengigitku, lalu berlari dan terus berlari meninggalkanku yang tertinggal jauh di belakang, laura tersenyum. “ra..udah donk, cape nih..kita pulang yuk..” ucapku. Namun laura menghiraukan dan terdiam, sikapnya memanja, kuberanikan diriku melangkah mendekatinya. Ia memelukku erat. “aku ga mau jauh dari kamu dit..aku sayang kamu..” ucap laura pelan

###

Bandara, soekarno-hatta 10.15
“kamu hati-hati di sana ya..kasih kabar ke mama kalau ada apa-apa, jaga kesehatan kamu..”
“iya mah, pasti radit kabarin mama, radit bakal kangen sama mama papa. pasti kangen sama masakan mama deh..” radit mencium tangan orantuanya, lantas memeluk mereka.
‘dit, sehat-sehat di sana, jangan macem-macem di negeri orang, bawa nama baik keluarga.”
“iya pah, pasti radit akan berusaha di sana” ujar radit.
“ya udah, hati-hati ya..sukses di sana”
“makasih ya pah”
Masih ada waktu sebelum keberangkatanku ke jepang, masih 2 jam lagi pesawat lepas landas, suasana bandara tampak hiruk pikuk karena saat bersamaan sedang ada liburan sekola. Aku menunggu di ruang tunggu bandara, sesekali aku berdiri mencari laura, namun ia tak kunjung datang. Pikiranku mulai cemas, bahkan di saat terakhir kepergianku, laura tak datang menemuiku. Tak ada pesan masuk dalam layar handphoneku, tak ada pesan yang dititipkan oleh laura untukku. Menunggu dan berharap kedatangannya saat ini adalah harapanku. Aku tak mau menjelang detik keberangkatanku ke jepang terlewatkan begitu saja tanpa laura. Kukeluarkan cincin yang nantinya akan kuberikan pada laura, masih terbungkus dalam kotak gift warna merah hati, yang kuinginkan cincin itu kelak akan disematkan di jari manis wanita yang kucintai yang kelak akan menjadi pendamping hidupku.
###

“Radiiiiiiiiiiiiiittt..” suara itu mengagetkanku yang sedang duduk muram di selasar ruang tunggu bandara, seperti suara laura, ya, pasti laura, pikirku. Aku berdiri, kuberanikan diriku untuk mencari asal suara itu, namun tak kutemukan sosok laura di sana. Tapi aku yakin, itu laura. Perasaanku mengatakan demikian. Setengah mati aku mencari laura, memeriksa setipa sudut bandara yang sangat luas, namun tiak ada sosok laura disana.
“jeleeeeekkkkk….” Tiba-tiba saja laura mengagetkanku dari belakang. Tangan laura menutup kedua mataku, aku pun berbalik, lalu berpelukan erat, sangat erat.
“maaf ya dit..tadi macet banget, aku seneng deh masih sempet ketemu kamu” laura memelukku, lalu menatapku, kulihat pancaran matanya yang ku tahu ia tak ingin melepaskanku pergi darinya, bibirku pun tepat mendarat dikeningnya, ia memelukku, kali ini makin erat. Suara pengeras suara telah menggema memberitahukan bahwa penerbangan ke jepang aka \n dilaksanakan .” “udah waktunya aku berangkat ra.”” Kulepaskan tubuh laura yang dari tadi erat dalam pelukanku, untuk terakhir kalinya sebelum kebarangkatanku, kucium kening laura, lalu ia membalas kecupanku. “hati-hati yah di sana, kasih kabar ke aku..” ucap laura. “iya ra, kamu juga kasih kabar ke aku ya.” Berat langkahku meninggalkan laura, baru saja satu langkah ku melangkah, ku teringat akan sesuatu.
“ini buat kamu ra…” ucapku. Kuberikan kotak merah yang telah kupersiapkan untuk laura agar kelak ia ingat aku di sana selalu merindukannya. “ini apa dit?” Tanya laura. Aku terus berjalan dan menghiraukan laura, sudah cukup bagiku bertemu laura saat itu. Aku tak ingin ada kesedihan di wajah laura menjelang keberangkatanku, laura adalah alasan mengapa ku berat meninggalkan Indonesia. Tapi beasiswa ini adalah kesempatan bagiku untuk menjadi lebih baik, yang kelak akan kujadikan modal untuk hidup bersama laura kelak.

###

10.45
“ditt, ayo bangun” ibu mengagetkanku. tiba-tiba saja aku terbangun dari buaian bunga tidur. Masih terlalu sepat rasanya untuk mencoba membuka mata saat itu. Sulit bagiku untuk mempercayai bahwa tadi hanyalah sebuah mimpi. “dimana laura?” Pikirku dalam hati, sejuta pertanyaan menggantung di kepalaku. “udah mau berangkat pesawatnya, ayo siap-siap” ucap ibuku. Ia membelai kepalaku dengan hangat, kasih sayang seorang ibu yang akan kurindukan nanti. Aku beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan menuju pesawat, namun hal yang paling membuatku sedikit kecewa ialah Aku harus menerima kenyataan pahit dalam hidupku ; Laura tidak hadir menjelang keberangkatanku.

####

Dua hari kemudian, Lura mengirimkan sebuah e-mail kepada radit.


To ; Raditya Nugraha Pratama

Bukan keinginanku untuk tidak menemuimu.
Aku hanya tidak ingin meninggalkan kesedihan menjelang keberangkatamu
Bukan kepedihan yang akan ku ingat ketika ku merindukanmu.
Tapi biarlah kenangan indah yang semalam kita lalui yang akan ku ingat saat ku merindukanmu.
Radit, aku bangga sama kamu.

There are no good-byes, where ever you are, you'll always be in my heart

Aku sayang kamu, dit..

Ttd


Laura