Minggu, 11 Desember 2016

Reputasi Ciputra Jadi Taruhan

Ciputra kembangkan rumah murah di Maja

Promosi besar-besaran Kota Kekerabatan Maja yang gencar diberitakan menjadi kota baru pendamping Jakarta berhasil menjadi magnet bagi warga Jakarta untuk datang melihat proyek kementrian perumahan rakyat saat itu. Ratusan orang berduyun-duyun mengunjungi Maja yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.02/KPTS/M/1998 sebagai kawasan permukiman skala besar untuk menampung kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, krisis tahun 1998 yang melanda Indonesia menyebabkan perkembangan Kota Kekerabatan Maja relatif melambat. Setelah itu, Maja seakan mati suri. Usaha menghidupkan Maja yang dilakukan oleh belasan pengembang tidak terlihat progresnya. 

Kini, belasan tahun berselang pemerintah kembali mengupayakan Maja menjadi perumahan murah di Banten yang dapat menopang kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Maja, yang awalnya sering disebut sebagai Kota Kekerabatan Maja (KKM), merupakan salah satu wilayah terpilih dari 10 kota baru publik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Penunjukan Maja dalam RPJMN adalah hal yang wajar, harga tanah yang murah dan tersedianya akses menuju ibukota menjadikan Maja sebagai pilihan dalam pembangunan rumah murah di banten

Ciputra grup melalui Ciputra Residence mempertaruhkan nama besar sebagai salah satu pengembang papan atas di Indonesia dengan membeli lahan seluas 2000 hektar di Maja. Saat pengembang besar lainnya masih menunggu pemerintah membangun infrastruktur pendukung, Ciputra Residence langsung tancap gas membangun Citra Maja Raya. Hal itu dilakukan Ciputra agar tidak kehilangan momentum dalam menyediakan rumah murah di Maja yang didukung oleh kementerian Perumahan rakyat.


Ciputra Residence, pengembang yang berpengalaman dalam membangun kota mandiri, sangat percaya diri dalam mengembangkan kawasan Maja. Konsep dan masterplan yang dibuat terencana dengan baik dan terstruktur, hal itu dibuktikan dengan keberhasilan Ciputra memperoleh beberapa penghargaan untuk proyek Citra Maja Raya diantaranya “Proyek Perumahan Berpengaruh Dalam Pengembangan Kawasan” dan “Masterplan Terbaik Yang Mengusung Konsep Pengembangan Terintegrasi” 

Sebagai kota mandiri, Citra Maja Raya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung mulai dari rumah ibadah, pasar modern, tempat wisata, pertokoan, sekolah, perkantoran hingga rumah sakit. Dengan demikian, kita tidak perlu khawatir dalam melakukan berbagai aktivitas. Konsep eco culture yang berwawasan keserasian alam dan ramah lingkungan juga akan diterapkan di Citra Maja Raya sebagai wujud tanggung jawab Ciputra Residence terhadap pelestarian lingkungan. 

Hal utama yang membedakan proyek Citra Maja Raya dengan proyek Ciputra Residence lainnya ialah konsep Transit Oriented Development yang menghubungkan Maja dengan beberapa daerah di Jabodetabek melalui KRL commuter line dari stasiun Maja yang berjarak hanya 750 meter dari Citra Maja Raya. Tak hanya itu, rencananya ruas tol Serpong - Maja dan Balaraja – Maja juga akan dibangun untuk menghubungkan Maja dengan daerah lainnya. 


Penjualan yang fantastis dibukukan oleh Citra Maja Raya yang berhasil menjual lebih dari 7000 rumah sederhana dan real estate hanya dalam waktu sebelas hari. Hal itu tidak terlepas dari fakta bahwa Citra Maja Raya merupakan investasi properti terbaik di Maja saat ini. Walaupun investasi sering dianggap sebagai sesuatu yang beresiko karena keuntungan yang diperoleh baru bisa didapatkan dalam jangka panjang, pembeli tahap pertama Citra Maja Raya umumnya menyadari bahwa berinvestasi dari awal di Citra Maja Raya sangatlah penting untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kini, untuk memenuhi keinginan konsumen yang sangat tinggi, Citra Maja Raya telah melaunching tahap kedua dilahan seluas 300 hektar yang terdiri dari rumah sederhana, real estate dan pertokoan.

Namun, apakah Citra Maja Raya akan sesukses Citra Raya Tangerang? Semakin giatnya pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan di kawasan Maja, ditambah dengan adanya dukungan dari pemerintah serta telah tersedianya KRL yang menghubungkan Maja dengan Jabodetabek membuat kita tidak perlu khawatir dalam membeli rumah di Citra Maja Raya. Dengan pengalaman puluhan tahun di bidang property, Ciputra Residence menjamin proyek ini akan berjalan dengan lancar dan dapat menjadi investasi yang menguntungkan bagi pembelinya. Bukan tidak mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, pertumbuhan di Citra Maja Raya akan jauh lebih cepat di bandingkan dengan Citra Raya tangerang yang kini menjadi salah satu pusat aktifitas di tangerang.

Jumat, 08 April 2011

Kamis, 16 September 2010

Geliat Pertumbuhan Itu Kian Nyata

- Kini Depok Bukan Hanya Sekedar Tempat Berteduh.


Tak perlu waktu lama bagi Kota Depok untuk muncul menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Hanya dalam tempo 11 tahun sejak diresmikan pada tanggal 27 April 1999, Depok, kota yang menjadi penghubung antara Jakarta dan Bogor berhasil mengibarkan diri dalam Jajaran Top 10 kota-kota besar di Indonesia. Namun, mampukah Depok menjadi kota yang peduli, berbagi dan selalu di hati?

Perjalanan panjang Kota Depok untuk menjadi salah satu kota besar di Indonesia bukannya tanpa halangan. Pada awalnya, Depok - yang berawal dari sebuah kecamatan di lingkungan kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor - bagaikan kota tidur, bibit pertumbuhan Depok dimulai ketika Pemerintah menyadari bahwa pembangunan rumah untuk rakyat di kawasan Depok bukanlah semata-mata untuk tempat tinggal, tapi juga sebagai fondasi pembentukan nilai-nilai sosial, seperti pembentukan watak, karakter dan tingkah laku. Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) yang ditunjuk sebagai pelaksana oleh pemerintah membangun Perumnas Depok 1 yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 12 Agustus 1976 . Tapi bukan berarti masalah selesai sampai di situ, sampai awal 1980-an, nama Depok boleh dibilang hanya pilihan kesekian di kalangan masyarakat. Maklum, 3 dasawarsa lalu kebanyakan tempat di Depok masih berupa rawa, Tak ayal banyak yang mengkiaskan Depok sebagai tempat “jin buang anak”. Beberapa warga yang ditemui pun mengakui, bahwa awal memilih Depok dikarenakan faktor harga tanah yang saat itu relatif murah. Coba bayangkan, pada sekitar tahun 1980 harga tanah di Depok hanya berkisar Rp. 5000/m2, bandingkan dengan harga tanah di Jakarta pada tahun yang sama berkisar Rp.35.000-50.000/m2, perbedaan yang signifikan itu mampu membuat masyarakat melirik Depok sebagai tempat bermukim. Selama kurun waku 17 tahun sejak ditetapkan oleh pemerintah sebagai kota administrative pada tahun 1982, Depok telah berkembang pesat baik di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, terlebih lagi sejak ditetapkan sebagai kotamadya (kota) pada tahun 1999, tak perlu lagi membujuk orang untuk tinggal di depok seperti yang dilakukan pada awal tahun 1980-an, sekarang Depok telah menjadi magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang untuk dijadikan tempat tinggal atau sekedar berkunjung.

Kesuksesan pengembang plat merah membangun perumahan di daerah Depok tiga dasawarsa lalu membuat pihak swasta tak mau ketinggalan momentum. Mulai dari pengembang kelas kakap sampai pihak perorangan turut ambil bagian dalam proyek ini. Itu karena harga rumah di daerah Depok untuk type yang paling kecil tak kurang dari 250 juta rupiah, untuk unit dengan type yang lebih besar harganya tentu cukup menguras isi kantong, terutama bila berada di kawasan elite seperti daerah Margonda dan sekitarnya. Tak punya dana cukup untuk membeli rumah di perumahan elite? Tenang saja, ada cicilan dengan bunga cukup ringan yang ditawarkan beberapa perumahan kepada pembeli. Selain itu banyak perumahan yang bisa dijadikan tempat tinggal yang bagus di perumahan biasa, tentu saja jiwa sosial dan kekeluargaan jauh lebih akrab dirasakan di perumahan biasa dibandingkan dengan di perumahan elite yang mempunyai jiwa individual yang sangat tinggi. Kegiatan sosial seperti kerja bakti, arisan atau pengajian biasa dilakukan untuk menjalin rasa kebersamaan di antara warga penghuni perumahan biasa. Selain itu, adanya rasa senasib sepenanggungan membuat warga yang tinggal berdekatan mempunyai rasa saling bertanggung jawab yang cukup tinggi terhadap keamanan lingkungan sekitar. Sekarang tinggal pilih sesuai kebutuhan anda, memilih hunian dengan tingkat privasi yang sangat tinggi atau hunian dengan jiwa sosial yang tinggi. Pilihan ada di tangan anda.

Setelah pemukiman, tentu setiap keluarga memikirkan apakah kota tersebut menyediakan tempat pendidikan yang layak bagi buah hati tercinta. Mulai dari sarana, prasarana hingga system pembelajaran pun diperhitungkan agar putra-putri kita mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebagai bekal masa depannya. Tak perlu khawatir bagi orang tua untuk menghadapi hal itu, mulai dari sekolah negeri, swasta bahkan sekolah bertaraf internasional pun telah tersedia di Kota Depok. Data yang dihimpun dari website Kota Depok menunjukan jumlah SD Negeri di kota depok mencapai 449 sekolah, SD swasta 113 sekolah, total SMP Negeri dan Swasta berjumlah 232 sekolah, jumlah SMA 84 sekolah, dan SMK mencapai 81 sekolah. Dengan begitu banyaknya sekolah di Kota Depok, setiap sekolah pasti berlomba mengembangkan diri untuk menjadi yang terbaik, bahkan SMAN 1 dan SMAN 2 Depok telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), hal itu tentu saja menguntungkan masyarakat dalam memilih sekolah yang berkualitas bagi putra-putrinya. Belum lagi keberadaan universitas papan atas seperti, Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, LP3i, BSI dan berbagai sekolah tinggi lainnya. Melihat fakta di atas, rasanya tak ada alasan untuk menomorduakan Depok sebagai pilihan tempat pendidikan bagi putra-putri kita.

Semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Depok yang telah mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2010 tak sepenuhnya menjadi masalah. Bila kita jeli melihat peluang, dengan penduduk sebanyak itu bisa dibayangkan berapa ceruk keuntungan yang bisa digali bila Depok memposisikan diri sebagai pusat perdagangan dan jasa. Menyadari hal itu, Depok tak ingin kecolongan bila lahan basah itu diambil oleh kota tetangga. Karena itu, geliat pertumbuhan Depok dalam sektor ini terbilang cukup pesat, lihat saja pembangunan mal dan pusat perbelanjaan yang merajalela, sepanjang jalan Margonda saja tak kurang dari 5 pusat perbelanjaan besar yang menyediakan barang dari dalam dan luar negeri, siapa yang tak tahu ITC Depok, Margo City, Detos, Plasa Depok dan D Mall, belum lagi bila kita bergeser sedikit ke daerah Cimanggis masih ada Mall Cimanggis, di daerah sawangan ada DTC dan ada Mall Cinere di daerah Limo. Selain itu, keberadaan pasar tradisional yang tersebar hampir di setiap kecamatan semakin menunjukan bahwa perdagangan di Kota Depok merata dalam hal berbagi kue keuntungan. Lihat berapa perputaran uang yang dihasilkan di Pasar Cisalak, Pasar Kemiri, Pasar Agung Depok timur, Pasar Depok lama dan pasar lainnya, tentu cukup menggiurkan bila dihitung secara matematis. Belum lagi keberadaan Pasar Segar di Jl. Tole Iskandar yang cukup mewah dan lebih mengedapankan konsep pasar modern yang menjaga kebersihan lingkungan pasar agar tercipta kenyamanan dan kesehatan bagi penjual dan pembeli.

Berbicara mengenai masalah kesehatan, Depok menyadari bahwa kesehatan warga adalah hal yang utama. Tak hanya dengan membangun tempat pelayanan kesehatan lalu lepas tangan, tapi juga membangun kesadaran warga akan pentingnya kesehatan dini melalui program kebersihan lingkungan maupun penyuluhan. Sarana pendukung kesehatan seperti unit pengolahan sampah terpadu pun dibangun. Selain itu, sejumlah layanan kesehatan tersedia untuk melayani warga, mulai dari puskesmas yang terdapat di setiap kecamatan, klinik kesehatan dan beberapa rumah sakit, seperti : RSUD Depok, RS.Sentra Medika, RS. Hermina, RS. Puri Cinere, RS. Bhakti Yudha, RS.Mitra Keluarga, RSIA Tumbuh Kembang, RS. Simpangan Depok dan Masih banyak lagi.

Pergerakan penduduk di Kota Depok tak bisa dilepaskan oleh keberadaan jasa transportasi, salah satunya angkutan kota. Namun, keberadaan angkutan kota yang sudah over capacity ini menimbulkan dampak negatif, lihat saja dalam satu rute dilalui oleh dua trayek atau lebih yang menyebabkan banyak angkutan kota mengetem dan berhenti di sembarang tempat. Kesemrawutan ini ditambah banyaknya kendaraan pribadi menyebabkan Depok menjadi makin macet. Kereta api pun belum bisa diharapkan mengurangi kemacetan, walaupun secara matematis lebih cepat dan murah, faktor kenyaman menjadi alasan bagi sebagian orang untuk tidak menggunakan jasa kereta api. Lihat saja pada pagi dan sore hari, moda transportasi ini dipenuhi oleh pekerja, pelajar, ataupun pedagang. Bahkan sebagian dari mereka nekat membahayakan nyawa mereka dengan menaiki atas rangkaian gerbong kereta api agar cepat sampai tujuan.


Dengan semakin membludaknya pengguna jasa kereta api dan meningkatnya kemacetan di kota pemukiman ini membuat Pemkot Depok berusaha mencari solusi untuk mengurangi masalah itu, diantaranya rencana mengadakan bus pengumpan bagi pengguna bus transjakarta, pelebaran Jalan Margonda menjadi 3 jalur dan perbaikan jalan di beberapa tempat. Selain itu, saat ini sedang dibangun jalan tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14,7 km yang sempat menimbulkan tarik ulur dalam proses pembebasan lahan. Pembangunan jalan tol yang melewati lima kecamatan di Kota Depok ini diharapkan mampu mengurangi kemacetan di Jalan Raya Margonda dan sekitarnya.

Dengan berbagai fasilitas pendukung yang dimiliki, aneh rasanya bila kota yang besar seperti Depok tidak memiliki tempat tujuan wisata. Namun, yang menjadi pertanyaan ialah, Adakah tempat wisata di kota depok? Sebagian warga yang ditemui cukup kesulitan menjawab ketika ditanyai hal tersebut. Sebagian lagi berpikiran mall dan pusat perbelanjaan adalah salah satu tempat wisata. Tapi sejujurnya ironi memang bila kita berfikir belanja adalah sebuah wisata. Tak adakah tempat wisata sesungguhnya sehingga mall menjadi sebuah opsi tempat wisata? Tanpa mengesampingkan wisata kuliner dan wisata belanja, Depok sebenarnya memiliki potensi wisata yang tak kalah menarik. Coba kita tengok satu persatu, di Jl. KH. Muhasan II, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, ada satu tempat wisata yang bisa dijadikan pilihan bagi keluarga untuk berlibur, Kampung 99 Pepohonan atau sering disebut dengan Kampung Rusa namanya, berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam dapat dilakukan disini, seperti memandikan kerbau, tangkap ikan, perah susu, memberi makan rusa, flying fox hingga kegiatan memasak pun dapat dilakukan. Bila Anda ingin mengetahui berbagai macam informasi tentang wisata Kota Depok, TIC (Tourism Information Center) yang juga terdapat di kampung rusa adalah solusinya, karena TIC Depok menyediakan berbagai macam informasi yang berhubungan dengan pariwisata di kota penghubung ini. Bagi umat muslim yang ingin berwisata rohani, di seberang kampung 99 ada Masjid Dian Al-Mahri atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kubah Emas yang menyediakan berbagai fasilitas mulai dari gedung serba guna, rumah penginapan, hingga toko souvenir. Selain wisata alam dan wisata rohani, ada lima situ yang bisa dijadikan tempat wisata air, diantaranya Situ Citayam, Situ Pulau Asih di Pancoran Mas, Situ Pengasinan Sawangan, Situ Jatijajar Cimanggis, dan situ Pedongkelan Cimanggis. Pembangunan sarana dan prasarana seperti sarana jalan, sarana sepeda air, terminal sepeda air, dan figura selamat datang pun dilakukan untuk mengembangkan taman wisata air tersebut. Masih kurang variatif? Tenang saja, masih banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Aquatic Fantasy Swimming Pool di Komplek Telaga Golf Sawangan, Depok Fantasi Water Park di Perumahan Grand Depok City, Pacuan Kuda di Limo, Studio Alam TVRI di Kel. Sukmajaya dan masih banyak lagi tempat wisata menarik lainnya. Selain itu banyak juga wisata seni dan budaya seperti topeng kinang putra cisalak ataupun gong si bolong yang rasanya sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Melihat begitu banyak dan lengkapnya fasilitas yang tersedia di Kota Depok, ditambah lagi dengan letaknya yang sangat strategis, Depok kini menjadi kota idaman bagi masyarakat, bukan hanya sebagai Kota Pemukiman, tapi juga sebagai Kota Pendidikan, Pusat Perdagangan dan Jasa, serta tujuan wisata. Ditambah lagi udara pagi yang masih cukup segar menjadikan Depok semakin nyaman bagi warganya. Itu karena berbeda dengan kota lain yang hanya memiliki sedikit ruang terbuka hijau, kota pendidikan ini masih memiliki cukup banyak ruang terbuka hijau seperti Hutan UI, Taman Hutan Raya Pancoran Mas dan lahan pertanian yang dapat meminimalisasi pencemaran udara di Kota Depok. Selain itu, melalui lahan pertanian, Depok terkenal lewat belimbing dewa yang cukup tersohor dan menjadi kebanggan serta ikon bagi Kota Depok. Dilihat dari fakta di atas dan didukung oleh kepedulian Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan kerukunan, kebersamaaan, kedisiplinan dan kedamaian warganya, tak heran bila Depok berhasil menyejajarkan diri sebagai top 10 kota-kota besar di Indonesia. Namun, tak hanya sebagai kota besar, tapi Depok juga telah menjadi kota yang peduli, berbagi dan selalu di hati bagi masyarakatnya.

Selamat Datang di Kota Depok. . . .


Cimanggis, 16 September 2010



Maulana Yasha

Jumat, 23 Juli 2010

Cinta itu ada..karena cinta ada di sekitar kita...part 1

Seperti tari sedati yang terlihat indah karena memainkan keluwesan tubuh para penarinya , berirama mengikuti alunan musik daerah aceh yang mengalir bak alunan lirik timur tengah, begitupun juga aku, menikmati setiap detik suasana malam inagurasi yang terasa cukup menghibur pikiranku, larut bersama semangat para pementas adalah pilihan bagiku untuk menikmati suasana malam itu. Paduan suara yang membahana selaras seirama membuat seisi ruangan takjub dengan permainan melodi yang indah, kombinasi suara Sopran dan alto dari sekelompok pria dan wanita diiringi oleh instrument gendang sederhana sebagai pengatur tempo membuat semua terbawa dalam suasana. Kulihat suasana sekitar, begitu banyak wanita dengan gaun semiformal terlihat lalu lalang, cantik. Tak perduli mereka berpasangan atau bahkan hanya sendiri, yang jelas mereka semua menikmati acara ini. Aku duduk dideret bangku nomor lima dari belakang, kulihat disampingku sepasang kekasih yang sedang terlibat pembicaraan hangat, sementara kudapati diriku hanya duduk sendiri ditemani secangkir teh hangat, aku hanya bisa tersenyum dalam hati mendapati diriku hanya seorang diri, tak ada wanita atau orang yang kukenal sekalipun, ya bahkan aku harus tersenyum dalam hati karena aku hanya seorang diri, Balutan jas semi formal yang membungkus tubuhku mulai membuat keringat tubuhku mengalir deras, pendingin ruangan yang tersedia pun tak dapat menghentikan kucuran keringat yang mulai membasahi setiap singsingan lengan bajuku. Tapi ada satu yang sejenak menghilangkan panasnya ruangan yang kutempati, kulihat seorang anak kecil tertawa polos didepanku, bercanda dengan kedua orang tuanya, sebuah senyuman yang tulus terpancar dari wajahnya. Sesekali ia berpaling ke belakang melihatku, tersenyum, senyuman khas anak kecil yang selalu saja menghiburku. Aku hanya bisa terdiam, ketika kudapati hampir semua hadirin menengokkan kepala ke belakang, aku pun latah mencoba melihat apa yang ada di belakang saat itu. Kudapati Segerombolan gadis berdiri dengan rapih bersiap mengisi acara dengan balutan pakaian tradisional, terlihat raut wajah tegang diantara penari, bahkan sebagian ada yang menggigit bibirnya yang terlihat merah. Dipandu dengan aba-aba seorang MC yang mempersilahkan masuk, gerombolan gadis-gadis itu berjalan menuju panggung dari arah belakang, alunan langkah sekitar 50 gadis cantik itu terasa sunyi, bahkan tumbukan antara tumit sang penari dan kerasnya lantai yang melapisi ruangan itu tak terdengar sedikitpun saat mereka berjalan beriringan, lalu terbagi menjadi 3 bagian kelompok sendratari yang memukau mata, meliuk-liuk diantara rumitnya alunan musik daerah yang dikumandangkan oleh seorang wanita berbaju hitam yang terlihat cantik diantara gerombolan penari yang sedang larut dalam gerakannya. Gemulai. Luwes. Indah. Tari saman yang mereka suguhkan mendapatkan sambutan meriah, mungkin itulah harga yang pantas untuk sebuah usaha yang gigih selama berhari-hari.

###
“Hai…” Ia mengagetkanku dari belakang, kulihat wajahnya penuh dengan pulasan make up yang sangat tebal menutupi wajahnya. Ya, Ia bagian dari 50 orang penari yang mengisi acara saat itu, kedatanganku pun hanya satu tujuan, menemani gadis pujaanku tampil hari itu. “Bagus, Aku ga nyangka kamu bisa gitu..” sapaku. Ia tersenyum, lalu menarik nafas dalam, “ iya nih, tapi cape banget..” disandarkannya kepalanya tepat di bahuku, lantas menikmati penampilan drama yang sudah mulai sejak 5menit yang lalu, “maaf ya lama..” Ujarnya singkat. “Ia gpp kok..” sahutku, aku menengok ke arahnya, ia pun melihat kedua mataku, diam, lalu tersenyum manis. masih terlihat rona keletihan dari wajahnya terpancar jelas di kedua mataku, membiarkannya terdiam adalah pilihan bagiku agar ia berisitirahat sejenak saat itu.
“Kamu tampil lagi?”
“ngga kok…aku cape nih..pulang yuk” Ucapnya.
“Gimana kalau kita jalan dulu? Tanyaku
“boleh..” Laura menyetujui.

####


“aku pengen ngomong sama kamu ra..” panggilku. Sebelum laura bereaksi atas ucapanku, aku mendekap laura persis dibelakangnya, gemericik debur ombak yang membahana membuat tubuhku dingin saat itu, aku pun memeluk laura, ia terdiam. “Knp dit? Ngomong aja” suara laura sayup-sayup tertangkap di gendang telingaku, ia menarik nafas, menghembuskannya, lantas kembali memelukku dengan erat. Rambutnya yang terurai, tergerai oleh semilir angin pantai yang menusuk setiap persendian tubuhku. Jarum jam sudah menunjukan pukul 12 malam saat itu, hanya ada aku, laura, serta beberapa pasangan muda yang tampak menikmati deburan ombak malam hari, terkadang deras, namun menenangkan. “aku dapet beasiswa ra..” tiba-tiba laura memotong pembicaraan, membalikkan tubuhnya, lantas memelukku dari depan, aku hanya bisa terdiam menikmati kejadiaan saat itu, aroma wangi tubuhnya menyeruak jelas melewati hidungku, “dapet beasiswa darimana?” laura takjub. ”Terus dimana? Kamu hebat ya, coba aku kaya kamu..” laura mencium pipiku,lembut, “selamat ya..” ucap laura. aku hanya bisa terdiam, dan menikmati detik demi detik waktu yang terlewat bersamanya “tapi ra..” aku menatap laura. Lalu kugenggam kedua tangan laura “..aku dapet beasiswa di jepang, 2 tahun, besok aku berangkat jam 12 siang, maaf ra mendadak, aku juga ga nyangka bisa secepat ini, aku baru dapet kabar 2 hari yang lalu,“ laura tersentak, menatapku, lalu membalikkan tubuhnya membelakangiku, ‘kamu pasti lagi bercanda kan dit?” Tanya laura. Aku menggelengkan kepala. Tidak bisa mengerti semua ini terjadi begitu cepat, tapi dia juga tahu, ini bukan main-main. Meskipun tahu perkataanku bukan bercanda. Laura masih berharap itu hanya gertak sambal olehku, tapi ternyata salah. “aku harus pergi mengambil beasiswa itu ra” laura terperangah. Ia hanya bisa pasrah dan ikhlas menjalani. , air matanya mengalir membasahi pipinya, “ga pa-pa dit,..” aku merapatkan tubuhku, tanganku menyeka air mata yang membasahi pipi laura, laura terpaku, tatapannya kosong, “kalau itu yang terbaik, aku pasti dukung..aku nunggu kamu disini dit..” sambung laura. laura menyandarkan kepalanya tepat dibahuku, kami terdiam cukup lama, semilir angin malam tak mampu membuatku beranjak
“dit, kamu inget ga waktu pertama kali kita kenalan? Aku kangen deh masa-masa itu, lucu banget yah kita” Ucap laura mengenang.
“iya ra..” laura menatapku “aku inget kamu dulu benci sama aku..sampe sekarang aku juga ga tau kenapa kamu dulu benci sama aku..” ucapku
“kamu sombong dit..” ia menatapku manja “sombong banget..”ucap sambung laura, “sombong kenapa?” Tanyaku heran saat melihat laura menatapku dengan sorot aneh.
“gpp..sombong aja..” Laura tersenyum manis, menyembulkan sepasang lesung pipi kecilnya
“dasar, aneh kamu..” Laura mencubitku mesra, cubitan yang menggoda. Ia tersenyum. Lalu menatapku, tatapannya genit seolah merayuku untuk memeluknya. Tak mau kalah, aku pun membalas cubitannya,tapi ia menggigit tanganku, lalu berlari menyusuri pantai yang terlihat eksotis malam itu. Laura terus berlari, tertawa, dibentangkan kedua tangannya ke udara, lalu menggodaku, “ayo kejar aku jelek..” Aku menghela nafas, lalu berlari mengejarnya, ia menghindar, namun ku terus berusaha menangkapnya, laura mengelak. Kutarik tubuhnya dalam dekapanku, kurasakan kehangatan tubuhnya, laura hanya terdiam. “aw…” tiba-tiba saja laura kembali mengigitku, lalu berlari dan terus berlari meninggalkanku yang tertinggal jauh di belakang, laura tersenyum. “ra..udah donk, cape nih..kita pulang yuk..” ucapku. Namun laura menghiraukan dan terdiam, sikapnya memanja, kuberanikan diriku melangkah mendekatinya. Ia memelukku erat. “aku ga mau jauh dari kamu dit..aku sayang kamu..” ucap laura pelan

###

Bandara, soekarno-hatta 10.15
“kamu hati-hati di sana ya..kasih kabar ke mama kalau ada apa-apa, jaga kesehatan kamu..”
“iya mah, pasti radit kabarin mama, radit bakal kangen sama mama papa. pasti kangen sama masakan mama deh..” radit mencium tangan orantuanya, lantas memeluk mereka.
‘dit, sehat-sehat di sana, jangan macem-macem di negeri orang, bawa nama baik keluarga.”
“iya pah, pasti radit akan berusaha di sana” ujar radit.
“ya udah, hati-hati ya..sukses di sana”
“makasih ya pah”
Masih ada waktu sebelum keberangkatanku ke jepang, masih 2 jam lagi pesawat lepas landas, suasana bandara tampak hiruk pikuk karena saat bersamaan sedang ada liburan sekola. Aku menunggu di ruang tunggu bandara, sesekali aku berdiri mencari laura, namun ia tak kunjung datang. Pikiranku mulai cemas, bahkan di saat terakhir kepergianku, laura tak datang menemuiku. Tak ada pesan masuk dalam layar handphoneku, tak ada pesan yang dititipkan oleh laura untukku. Menunggu dan berharap kedatangannya saat ini adalah harapanku. Aku tak mau menjelang detik keberangkatanku ke jepang terlewatkan begitu saja tanpa laura. Kukeluarkan cincin yang nantinya akan kuberikan pada laura, masih terbungkus dalam kotak gift warna merah hati, yang kuinginkan cincin itu kelak akan disematkan di jari manis wanita yang kucintai yang kelak akan menjadi pendamping hidupku.
###

“Radiiiiiiiiiiiiiittt..” suara itu mengagetkanku yang sedang duduk muram di selasar ruang tunggu bandara, seperti suara laura, ya, pasti laura, pikirku. Aku berdiri, kuberanikan diriku untuk mencari asal suara itu, namun tak kutemukan sosok laura di sana. Tapi aku yakin, itu laura. Perasaanku mengatakan demikian. Setengah mati aku mencari laura, memeriksa setipa sudut bandara yang sangat luas, namun tiak ada sosok laura disana.
“jeleeeeekkkkk….” Tiba-tiba saja laura mengagetkanku dari belakang. Tangan laura menutup kedua mataku, aku pun berbalik, lalu berpelukan erat, sangat erat.
“maaf ya dit..tadi macet banget, aku seneng deh masih sempet ketemu kamu” laura memelukku, lalu menatapku, kulihat pancaran matanya yang ku tahu ia tak ingin melepaskanku pergi darinya, bibirku pun tepat mendarat dikeningnya, ia memelukku, kali ini makin erat. Suara pengeras suara telah menggema memberitahukan bahwa penerbangan ke jepang aka \n dilaksanakan .” “udah waktunya aku berangkat ra.”” Kulepaskan tubuh laura yang dari tadi erat dalam pelukanku, untuk terakhir kalinya sebelum kebarangkatanku, kucium kening laura, lalu ia membalas kecupanku. “hati-hati yah di sana, kasih kabar ke aku..” ucap laura. “iya ra, kamu juga kasih kabar ke aku ya.” Berat langkahku meninggalkan laura, baru saja satu langkah ku melangkah, ku teringat akan sesuatu.
“ini buat kamu ra…” ucapku. Kuberikan kotak merah yang telah kupersiapkan untuk laura agar kelak ia ingat aku di sana selalu merindukannya. “ini apa dit?” Tanya laura. Aku terus berjalan dan menghiraukan laura, sudah cukup bagiku bertemu laura saat itu. Aku tak ingin ada kesedihan di wajah laura menjelang keberangkatanku, laura adalah alasan mengapa ku berat meninggalkan Indonesia. Tapi beasiswa ini adalah kesempatan bagiku untuk menjadi lebih baik, yang kelak akan kujadikan modal untuk hidup bersama laura kelak.

###

10.45
“ditt, ayo bangun” ibu mengagetkanku. tiba-tiba saja aku terbangun dari buaian bunga tidur. Masih terlalu sepat rasanya untuk mencoba membuka mata saat itu. Sulit bagiku untuk mempercayai bahwa tadi hanyalah sebuah mimpi. “dimana laura?” Pikirku dalam hati, sejuta pertanyaan menggantung di kepalaku. “udah mau berangkat pesawatnya, ayo siap-siap” ucap ibuku. Ia membelai kepalaku dengan hangat, kasih sayang seorang ibu yang akan kurindukan nanti. Aku beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan menuju pesawat, namun hal yang paling membuatku sedikit kecewa ialah Aku harus menerima kenyataan pahit dalam hidupku ; Laura tidak hadir menjelang keberangkatanku.

####

Dua hari kemudian, Lura mengirimkan sebuah e-mail kepada radit.


To ; Raditya Nugraha Pratama

Bukan keinginanku untuk tidak menemuimu.
Aku hanya tidak ingin meninggalkan kesedihan menjelang keberangkatamu
Bukan kepedihan yang akan ku ingat ketika ku merindukanmu.
Tapi biarlah kenangan indah yang semalam kita lalui yang akan ku ingat saat ku merindukanmu.
Radit, aku bangga sama kamu.

There are no good-byes, where ever you are, you'll always be in my heart

Aku sayang kamu, dit..

Ttd


Laura

Kamis, 24 Juni 2010

Sehari-cinta part 5..aku adalah radit..

……Aku hanya bisa menatapi setangkai mawar merah yang merekah darinya, terlalu absurd bagiku melangkah mencari sosok laura kala itu, bingung, sejenak kumerenungkan apa yang terjadi saat ini, tak pernah terfikirkan olehku semua berubah hanya dalam sekejap, bahkan masih hangat dalam ingatanku bagaimana tangan laura melingkar erat dipinggangku ketika kuberjalan dengannya beberapa menit yang lalu, masih erat dalam genggamanku secarik kertas bioskop yang tak jadi kunikmati, pukul 21.00, sudah terlewat 20menit film yang awalnya ingin kunikmati dengan laura. Sejak awal aku tahu,hubungan ini hanyalah sebuah jalan yang seharusnya tidak ku ambil, yang seharusnya tidak pernah kutaburkan benih dalam dirinya, hingga saat ini benih ini telah mekar dan merekah diantara aku dan laura, Sejenak kumenarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan tempat ini, sebuah pilihan yang tidak bisa kubantah lagi ; tidak mencari laura. Setangkai mawar merah pemberian laura seolah memanggilku ketika kuberjalan meninggalkan tempat itu tanpa membawa mawar merah dan secarik kertas pemberian laura, karena kupikir biarlah laura menerjemahkan sendiri ketika ia mencoba mencariku, biarlah setangkai mawar itu yang menjawab mengapa kumeninggalkan laura tanpa mencoba berusaha mencarinya.

*****

“aris..”, laura menghela nafas, dilihatnya tatapan mata aris yang terlihat tajam kala itu, namun laura berusaha tenang,lalu melanjutkan pembicaraan, ”aku pengen ngomong sama kamu..” laura terdiam, aris hanya tersenyum melihat keanehan sikap laura kala itu, tapi laura tidak membalas senyuman aris, laura hanya terdiam. Kaku.
“kenapa hun? Lagi ada masalah ya?“ tangan aris melingkar di pundak laura, aris seolah ingin menunjukan keakraban yang selama ini mereka bangun, tapi laura menampik, berusaha menurunkan tangan aris dari pundaknya. Aris hanya terdiam, mungkin ia memaklumi keadaan saat itu yang tengah ramai.
“iya ris…” tangan laura gemetar ketika ia memegang segelas orange juice pesanannya. “..tentang hubungan kita” ,laura terdiam, kepalanya menunduk seolah tak ingin melihat reaksi aris saat itu, ia pasti tahu reaksi aris yang telah lama dikenalnya. Keras. Menyeringai bak macan kelaparan.
“kenapa? Hubungan kita baik, kamu mau lebih serius? Kalo kamu mau lebih serius, Sabar ya hun, kamu kan masih kuliah”
“bukan itu ris…” laura dengan cepat menampik, berusaha mengalihkan pembicaraan aris saat itu, karena memang bukan itu maksud pembicaraannya, rangkaian kata yang telah ia siapkan sebelumnya selalu mengganjal untuk dikeluarkan, tertahan di ujung lidahnya. Ia tidak menyangka aris berfikiran seperti itu,
“terus?”
Sebuah pertanyaan dari aris membuat laura terdiam cukup lama, Ia tahu, aris adalah pria baik. Dengan segala kekurangannya selama ini, aris tetap menjadi yang terbaik untuk dirinya, selalu menemaninya saat ia membutuhkan. Pikiran laura terlempar jauh ke dalam kepingan masa lalu, ingatan akan saat-saat mesra yang dialami membuat laura terdiam cukup lama, ia teringat saat aris menyatakan cintanya, saat aris dengan kepolosannya mengatakan cinta di sebuah pojok kelas SMA Taruna Jaya, saat aris dan dirinya berjanji akan menjaga hubungan ini dengan baik sampai akhir nanti. Tetesan air mata laura terjatuh membulir di pipinya, tetesan air mata yang hanya laura ketahui sebabnya, sebuah penyesalan telah membohongi aris atau bukan, hanya ia yang tahu.
“kamu kenapa ra?”
Laura kembali terdiam, membisu, tak sepatah kata pun terucap dari bibir manisnya, Ucapan dari aris seolah hanya angin lalu saja baginya, walaupun sebenarnya ia mendengar, tapi ia masih belum bisa untuk bekata jujur padanya. Bimbang, pikiran laura seolah menjadi dilema, begitulah manusia, selalu ingin mempunyai pilihan, tetapi ketika pilihan itu datang lebih dari yang diharapkan, manusia tidak bisa menentukan pilihan. Pilihan yang sulit bagi laura, memilih aris yang telah menemaninya selama lebih dari 2tahun atau Radit, pria yang baru saja dikenalnya, yang telah membuat hidupnya menjadi lebih berwarna. Laura semakin terjebak ke dalam sebuah ingatan masa lalu. Pendirian laura hampir goyah karena satu hal, rasa cinta yang sebenarnya masih ada kepada aris sesungguhnya tak ingin ia lepaskan begitu saja. Di depannya, aris hanya terdiam, entah mengapa aris begitu berbeda saat itu, sifat egois dan pemarah yang biasa ia keluarkan seolah-olah menghilang, mengapa aris terlihat lebih baik dari biasanya? “God, tolong aku…” laura bergumam dalam hati. Perasaannya berkata, Ia hanya ingin bersama Radit, bukan aris.
“Aku ga bisa jalanin hubungan ini lagi ris…” laura memecahkan keheningan yang sebelumnya terjadi, kedua mata mereka bertemu di udara “aku ga bisa lagi sama kamu…” aris hanya terdiam, tangannya menyentuh pipi laura perlahan ,lembut, lalu dilihatnya laura dengan tatapan mata yang redup, “lihat aku ra..” aris membujuk. Laura hanya terdiam. Ia tahu, bila saat itu ia menatap aris, semua akan buyar, ia akan kembali luluh oleh ucapan manis aris yang selalu berjanji, selalu ingin berubah, tapi nyatanya? Itu hanya sebuah omong kosong. “tidak untuk kali ini” gumam laura dalam hati. Tapi aris terus membujuk dengan kata-katanya yang terdengar manis, bahkan mengiming-imingi sesuatu yang mewah. “aku bukan wanita murahan ris..bukan harta yang aku cari, tapi aku butuh kasih sayang, dan aku ga dapetin itu dari kamu” . ucap laura dalam hati.

“aku udah pikir baik-baik ris. Ini jalan terbaik buat kita, kamu ga ngerti perasaanku. Kamu udah beda ris. Maaf.”
“tapi ra, aku bisa berubah….kasih aku ke…”
“sssstt…cukup ris”,laura memotong pembicaraan,” aku yakin dengan keputusanku. Aku yakin aku ga ngambil keputusan yang salah, makasih untuk semua yang udah pernah kamu lakuin untukku.” Laura menangis.
“kamu kenapa? Kamu yang beda akhir-akhir ini. Aku selau nyoba untuk hubungin kamu, tapi selalu ga ada jawaban. Bosen sama aku? Lagi suka sama cowo lain?” Nada bicara aris semakin meninggi, ditariknya tangan laura dengan kuat. Laura berusaha menampik, namun aris lebih kuat.
“kamu apa-apan sih ris, ini yang aku ga suka dari kamu, kamu keras!!” mata mereka bertemu di udara. Kali ini laura lebih berani menantang aris. Namun Aris melunak, tiba-tiba saja sikapnya berubah menjadi lebih baik, berusaha merayu laura dengan segala kemampuannya ; memohon, berjanji, bahkan bersumpah untuk menjadi lebih baik. Namun , semua itu hanya sia-sia belaka. Laura mengacuhkannya.
“telat.” Ucap laura sembari berjalan menjauhi aris dengan wajahnya yang masih terlihat cekungan bekas air mata yang membulir beberapa menit yang lalu. Aris berusaha menarik tangan laura, mencoba menahannya, namun dengan sekuat tenaga laura melepaskan tangan Aris yang mecoba menariknya. Kali ini Aris tidak mengejar, hanya sebuah perkataan yang samar-samar terdengar di telinga laura saat itu.
“aku ga terima ra,.liat nanti, kamu bakal nyesel lakuin ini.”
Laura terus melangkah meninggalkan aris, air mata laura tak henti-hentinya mengalir membasahi pipinya. Saat ini,hanya satu yang ia cari, Radit, seseorang yang ia ingin jadikan sandaran baginya, laura terus melangkah menuju tempat dimana ia tinggalkan Radit sekitar 30menit yang lalu. Dengan air matanya yang masih mengalir, laura semakin cepat melangkah dengan tangannya menutupi sebagian wajahnya yang terlihat bengkak karena air mata. Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Radit saat itu. “Radit, kamu dimana? Aku butuh kamu dit” laura terus mencari, tak dipedulikannya air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, berkali-kali Laura berusaha menghubungi Radit, namun gagal, hanya suara mesin penjawab yang didengarnya. Laura berdiri kaku di salah satu tiang penyangga ruangan,pikirannya kosong, hanya sebuah penyesalan yang menggantung di pikirannya. Lalu ia duduk di samping sebuah tempat sampah di ruangan itu,lemas, tak hanya raganya terasa lemas, tapi juga hatinya ikut terasa lemas saat itu. Mata laura tertuju pada sesuatu, sebuah tempat sampah abu-abu di sampingya : setangkai mawar merah teronggok layu dan Secarik kertas terkoyak lemas diantara sampah ruangan .

****

Radit berjalan menyusuri malam yang memisahkan siang, langkahnya terhenti pada sebuah jembatan penyebrangan yang sepi, disandarkan tubuhnya pada pengaman jembatan yang sudah terlihat kusam. Sementara mobil lalu lalang dibawahnya, radit hanya duduk bersandar di lantai jembatan itu, pikirannya melayang entah kemana. Hanya seorang pengemis kecil yang sedang tertidur yang menemaninya, radit melihat anak itu, sebuah realita kehidupan yang harus dijalani, radit mencoba tegar seperti pengemis kecil yang tertidur, kuat manjalani hidup. Radit melangkah mendekatinya, meletakkan jaketnya menyelimuti pengemis kecil yang tidur terlelap di tengah hembusan angin malam, lalu radit memalingkan wajahnya pada sebuah kenyataan, alunan kakinya melangkah meninggalkan pengemis kecil yang sedang tertidur, lalu menuju rumah laura.
“aku di depan rumah kamu ra”
Radit mengirim pesan singkat kepada laura. Laura bergegas keluar. Tidak ada radit. Hanya secarik kertas terselip diantara pagar yang menjulang tinggi di depan rumahnya. Radit menghilang bersama malam. Laura mencari, mencoba menghubungi. Namun, hanya secarik kertas yang tersisa jejaknya.

“Maafkan aku, laura..
aku hanyalah pengganggu hubunganmu dengannya selama ini,
aku mengalah untuk sebuah pilihan yang menurutku adalah sebuah kesalahan bagiku,
sebuah kesalahan yang seharusnya tidak pernah kita jalani,
anggap saja aku hanyalah sebuah kenangan yang kelak akan kau simpan dalam hatimu,
biarlah hanya aku, kau dan tuhan yang tahu bahwa selama ini kita menjalani suatu hubungan yang indah untukku,
terima kasih laura,
untuk “sehari-cinta” yang akan “kutinggalkan padamu..
untuk sehari cinta yang tidak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku..”


1 tahun kemudian.

Penyakit ginjal yang dialami laura kembali menghampiri. Sudah 5 hari laura berbaring di rumah sakit menunggu operasi ginjal yang akan dijalani, 2 hari lagi operasi dimulai. Radit dengan setia menemani laura menghadapi sebuah ketakutan yang teramat sangat, kematian. laura tersenyum melihat radit, dilihatnya lelaki yang satu tahun lalu mustahil dimilikinya, berada tepat disampingnya.

"dit, aku dapet donor ginjal..2 hari lagi aku operasi"

laura mengirimkan pesan singkat kepada Radit. Tidak ada balasan dari radit. operasi sudah semakin dekat. radit menghilang. Satu hari sebelum laura menjalani operasi cangkok ginjal, laura meninggal dunia.

Tak sepasti musim dan waktu, rencana manusia kadang tak berjalan seperti harapan.
Kita hanya bisa berkehendak dan berdoa,
selebihnya ia berkuasa di luar kita,
Tapi kamu tahu, sepasti musim dan waktu.
aku mencintaimu, selalu.
Seperti matahari yang terus terbit mengawali hari dan terbenam demi malam, aku terus menemanimu..
sampai nanti, ketika ragaku tak lagi berujung.
Perasaanku padamu tak pernah berujung.
Jika aku boleh berharap, aku akan terus berada di dekatmu.
Begitu banyak yang ingin kubagi denganmu
Terlalu banyak yang ingin kutunjukan padamu,
Tapi KEMATIAN bukan pilihan,
Juga CINTA,
Bagiku, keduanya adalah hidup.
Keduanya bukan pilihan
Aku akan menjalaninya dengan ikhlas
Kalaupun waktu TIDAK lagi bicara banyak,
Seluruh cintaku akan terus mengatakannya kepadamu,
Bahwa aku,
Selalu mencintaimu..


Tamat. Jenazah Radit dimakamkan di samping kuburan Laura. Dan ginjal keduanya didonorkan kepada sepasang anak kembar yang sampai sekarang masih hidup. Seperti hati laura dan radit yang masih tertanam di kedua anak kembar itu.

When death cant be option, i will still be here, as long as you hold me, in your memory.

memoriam of :
R.I.P Raditya Nugraha Pratama

R.I.P Laura putri kusuma atmaja

Jakarta, Mei 2010..

Thanks to Miranda untuk puisi "ungu violet'a di bagian terakhir. maaf tanpa ijin.

Thanks to teman-teman yang udah baca semua tulisan ini. tanpa kalian, aku bukanlah siapa-siapa.

Sepertinya ini akan menjadi tulisan terakhir.

mohon kritik dan sarannya

Terima kasih.
Jakarta, 16 Juni 2010

Sehari cinta kutinggalkan padanya part 4..sebuah ketidakpastian..

Kamis yang cerah, mataku masih terlalu sepat rasanya ketika kucoba melawan kantuk yang teramat sangat menghipnotisku, jarum jam menunjukan pukul 7 ketika kumelihat jam dinding yang selalu setia menggantung di tengah dinding kamarku, selalu menemaniku, selalu setia mengingatkan apa yang harus kukerjakan hari ini, walaupun terkadang aku adalah pengkhianat waktu, tapi ia tanpa lelah terus mengingatkan dan membuatku mengetahui akan pentingnya waktu. Malas bagiku untuk mengikuti kuliah Bahasa Indonesia saat itu. Masih cukup sepi suasana kampus ketika kumelihat sosok laura dari kejauhan, masih terlalu jauh bagiku hanya untuk sekedar menunggu dan menyapanya, nanti saja, pikirku.
“Ih sombong..” kata laura. Aku hanya bisa tertegun, terkaget mengetahui sosoknya sudah berdiri di belakangku.
“ngga kok..udah masuk nih..ayo buruan” ucapku.
“tunggu donk…” Kutinggalkan laura tiga langkah dibelakangku, aku hanya bisa tersenyum dalam hati ketika sejenak kumelihat sosoknya tersengal-sengal menaiki anak tangga, kubuka pintu ruangan 309 ketika dosen bahasa Indonesia sedang memberikan materi kuliah pagi itu, dua papan tulis penuh sudah dilahapnya ketika kumelewati sosoknya menuju bangku nomor dua dari belakang. Aku duduk di belakang, sementara laura duduk paling depan.

“nanti malam ketemu yah di tempat biasa..”

Berat rasanya untuk tidak menemuinya malam ini, sebuah pesan singkat yang tadi pagi ia kirimkan berhasil menggodaku, begitulah aku, terlalu rapuh untuk hal-hal yang seharusnya bisa kuhindari, ajakan makan malam darinya adalah kesempatan langka yang sayang untuk kulewati. Seperti biasanya, sebagai seorang penulis, deadline tulisan yang akan kukirimkan kepada salah satu surat kabar telah menungguku, belum terlalu sore rasanya untuk sekedar merampungkan tulisan yang akan ku kirim, masih ada waktu sebelum ku bergegas menemui laura di salah satu kafe di bilangan cibubur yang terkenal sangat ramai. Hanya perlu sedikit editing sebelum tulisan ini kukirimkan kepada pemimpin redaksi yang galak itu, dia adalah pak hermanto, pemimpin redaksi yang selalu disegani oleh karyawannya. Tapi bagaimanapun, ia adalah sosok disiplin yang mampu membawa surat kabar itu menjadi salah satu surat kabar yang cukup mumpuni di negeri ini. Beruntung bagiku bisa mengisi salah satu kolom di sana, perkenalanku dengan pak hermanto pun terjadi secara tidak sengaja, anak perempuannya, riany, adalah teman sekampusku. Ia yang pertama kali memperkenalkan tulisanku kepada ayahnya, hingga suatu saat aku dipanggil untuk menghadap dengannya. Mulai saat itulah aku rutin mengisi salah satu kolom di surat kabar itu setiap minggu.

Sebuah pesan singkat mendarat di layar handphoneku ketika aku sedang merampungkan editing tulisan yang harus kukirim malam ini. Sebuah nama terpampang jelas di layar handphoneku,laura, dalam pesannya ia kembali mengingatkanku untuk datang malam ini. Pasti, hanya itu kata yang kukirimkan padanya.

Kafe , pukul 19.15 malam
Malam itu, kulihat sosok laura tampak berbeda dari biasanya, paduan gaun semi formal hitam selutut dan sepatu high heels membuat laura tampak cantik malam itu, anggun, gemulai dan feminim tentunya. Tatapan mataku seolah tak ingin terlepas darinya, kulihat sosok laura yang begitu sempurna dibalut dengan kecantikan wajahnya membuatku sedikit menelan ludah untuk menikmati pancaran wajahnya yang begitu menghipnotisku. Sempurna, walaupun ku tahu tak ada manusia yang sempurna, begitulah sosok laura malam itu. Andai saja kubisa memberikan nilai dari satu sampai sepuluh, pasti angka sepuluh telah kuberikan padanya. Berlebihan memang, tapi kurasa itu harga yang pantas untuk sebuah kecantikannya, begitu mempesona.

“hey..” laura mengagetkanku saat tatapan mataku belum tersadar dari keelokan wajahnya. Aku hanya bisa terdiam, sesaat pikiranku belum kembali normal seperti biasanya saat ia menyapaku, begitu menghipnotisku. “hai..” sapaku. Kecupan bibir laura tiba-tiba mendarat di pipiku, lagi-lagi aku hanya bisa terdiam, menikmati saat-saat yang mungkin takkan pernah terulang lagi atau akan terulang di setiap pertemuan berikutnya, begitu harapku.
“jalan yuk..” ucap laura ketika aku belum saja menyempatkan diriku untuk terduduk di kursi yang telah kutarik dari tempatnya.
“kemana? udah malam ra…” belum selesai ku mengajukan pertanyaan kepadanya, ia telah menutup mulutku dengan jarinya yang sangat lentik. Menyentuh tipis tepat di tengah bibirku, ia hanya tersenyum menatapku. Senyuman yang menggoda, Aku pun hanya bisa terdiam, membiarkan diriku larut bersamanya malam itu, Dengan sedikit rayuan dan sifatnya yang sedikit memanja, laura berhasil memaksaku untuk pergi bersamanya. Entah kemana. Tanpa pikir panjang, laura langsung menarikku untuk masuk ke dalam mobilnya.

Cibubur junction 20.00 malam
Aku hanya menurut mengikuti langkahnya ketika ia mengajakku menonton salah satu film favoritnya, Sebuah permintaan dipanjatkan laura ketika kuberjalan menuju dirinya setelah kumembeli tiket film itu ,
“masih lama kan filmnya, ke bawah dulu yuk sebentar” lagi-lagi aku hanya bisa mengikuti permintaannya. Seperti anak kecil dipelukkan ibunya, selalu menurut untuk mengikuti perintah orang tuanya, begitulah aku saat itu.
“mau kemana ra? oia ini tiketnya..” ucapku sembari menjulurkan sebuah tiket yang telah kupesan sebelumnya. Kulihat tatapan picik tersembul di kedua matanya, senyuman yang berbeda dari biasanya menambah rasa penasaranku saat itu, tapi laura kembali meyakinkanku.
“udah ikut aja, tutup mata kamu yah..please…sebentar aja..ga nyampe 5 menit kok..mau yah,,” begitulah laura, selalu saja merayu dengan kata-kata yang terdengar manja di telingaku, sulit bagiku untuk menolak permintaannya, apalagi ia hanya menyuruhku untuk menutup mataku dengan selembar kain berwarna hitam miliknya. laura hanya menuntunku untuk mengikuti alunan langkahnya ketika mataku tertutup oleh kain hitam miliknya,

“tunggu sebentar yah..nanti kalau ku misscal baru boleh dibuka..aku mau ngasih surprise buat kamu,.jangan dibuka pokoknya..kalo dibuka, aku marah..” ujar laura ketika ia meninggalkanku di salah satu ruangan yang sama sekali tidak kuketahui letaknya. Aku hanya bisa menunggu, padahal menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan bagiku, sambil menunggu, aku hanya bisa membayangkan senyumannya yang kulihat beberapa menit yang lalu, menikmati saat-saat indah ketika ia berbicara dan menatapku, menikmati suaranya yang menggemaskan ketika ia memintaku dengan sikapnya yang manja.
Sepi, detik demi detik mengalir, tanpa sedikitpun kumerasakan sosok laura datang menghampiriku, terlalu lama kumenunggu saat itu. Kurasakan getaran alunan kaki menghampiri tempatku berdiri, kudengar suara perempuan sayup-sayup terdengar pelan di telingaku, laura, itu pasti laura, pikirku. Karena ku tahu laura adalah sosok penuh kejutan yang membuat hidupku selalu berwarna, yang membuat hidupku selalu dipenuhi keceriaan bila kuselalu dengannya. Kucoba membuka ikatan kain hitam yang melekat di kedua mataku, sudah terlalu lama bagiku untuk menunggu, tak ada pesan atau dering pesan masuk dari laura, hanya ada setangkai bunga mawar merah dan secarik kertas terletak dihadapanku. Mawar yang indah dan tulisan yang singkat, namun penuh makna.

“aku selesaiin urusanku sama pacar aku,
10 menit aja..
Kalo kamu sayang aku,
Cari aku…love u..

Tertanda,

Laura “

to be continue..sehari cinta part V..

Cerita ini hanyalah karangan dan fiksi belaka..bila ada kesamaan ataupun kemiripan pada karakter atau tokoh maupun tempat kejadian, itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan, karena cerita ini adalah lazim ditemui.

Cimanggis, 11 juni 2010

Selasa, 22 Juni 2010

Sehari Cinta part 3...Sehari Cinta kutinggalkan padanya....

Awalnya biasa saja, ketika siang itu ia menyapaku. Rona wajahnya yang memerah ketika ku berpapasan dengannya, mengingatkanku akan senyuman putri indonesia yang kulihat dua hari yang lalu. senyumannya yang tipis, tapi menyejukkan. Begitulah dia, laura, dengan segala kesederhanaan yang ia miliki, ia berhasil mengikatku. Deretan kursi panjang yang terpapar lemah di sudut lantai 3 itu menemani obrolan ku bersamanya. Obrolan singkat, namun dalam. Begitulah akhir-akhir ini kulalui dengannya. Bersama dengannya adalah sebuah kebahagian, sebuah keindahan yang tidak semua orang bisa memiliki, mungkin aku adalah satu diantara sepuluh ribu pria yang bisa memiliki kebahagian itu, sementara yang lain hanya menikmati cinta karena keinginan sesaat, nafsu dan gengsi, ataupun karena maksud lain yang tidak bisa kita ketahui detailnya.

Jarum jam belum menunjukan pukul 12.30 ketika kuberanjak meninggalkan ia di sudut lantai 3 yang sepi itu, sementara ia berjalan menuju arah yang berlawanan, aku berjalan menuju ruang perkuliahanku. Tidak ada yang tahu percakapan ku dengannya saat itu, hanya aku, ia dan Tuhan yang tahu. Lorong lantai 3 itu terasa sepi. Hanya tersisa sekelebat bayangan laura yang terus berjalan menjauhiku. Padahal saat itu kuberharap ia berhenti dan berbalik kepadaku, namun kenyataannya lain. Setelah kusadari, ternyata hanya perasaanku saja lorong itu terasa sepi. Mungkin pikiranku menerawang entah kemana sehingga tidak mempedulikan keadaan sekitar, atau mungkin pikiranku tertinggal dan terbawa dalam senyumannya. Entahlah.

Sore itu, jarum jam menunjukan pukul 3 ketika dosen Analisis makanan menghentikan materinya, sementara yang lain beranjak dari kursi dan meninggalkan ruangan itu, aku hanya terdiam membuka layar handphoneku. Tak ada pesan masuk. Dengan langkah gontai ku menyusuri untaian anak tangga menuju lantai dasar kampus. Wajah-wajah penuh kelelahan terukir dalam setiap orang yang kutemui sore itu, belum sampai kumenginjakkan kaki pada anak tangga ketiga, kulihat sosoknya berjalan gemulai melewati gerombolan manusia yang memenuhi selasar lantai dua. Entah ia melihatku atau tidak, atau ia pura-pura tidak melihatku, ia terus berjalan santai menuju suatu ruangan di sudut lantai dua, dan menemui teman lelakinya sambil berangkulan, mesra.

Buyar. Sebuah kekosongan yang telah terisi olehnya kembali menghancurkanku. Sebuah jawaban atas ketidakpastian yang selama ini menggangguku terkuak di depan kedua bola mata. Kosong. Tiba-tiba pikiran ini kosong. getaran handphone buatan china milikku membuyarkan lamunanku. Dalam layar handphoneku terlihat sebuah pesan masuk darinya, dengan segera kubuka isi pesan singkat itu, tentunya sambil berharap ia menjelaskan lelaki itu bukanlah siapa-siapa baginya. Namun, dalam pesannya ia berkata , “jangan sms aku dulu ya..”. Ironi memang. Sebuah jawaban atas kebaikannya selama ini terjawab sudah.

Kekasih gelap. Entahlah. Mungkin begitulah aku di matanya, Atau mungkin aku yang salah mengartikan kebaikan ia padaku selama ini, atau aku yang salah menafsirkan perasaan ia padaku. Ia menganggap teman, dan aku menganggap lebih. Sebelumnya, kebaikannya adalah secercah harapan bagiku untuk masuk dalam ruang terkecil di hatinya untuk kutumbuhi benih-benih kasih sayang yang akan ku tancapkan padanya. Namun, ternyata itu salah. Ternyata aku salah mengartikan kode-kode yang ia kirim kepadaku, sinyal itu hanyalah sebuah sinyal pertemanan. Tak lebih.

Deretan antrian kendaraan bermotor yang memenuhi Margonda raya semakin merunyamkan pikiranku. Ditambah lagi perilaku pengemudi sepeda motor yang tidak memperhatikan sekelilingnya, serta perilaku sopir angkutan kota yang berhenti seenaknya menambah beban pikiranku. Perjalanan Lenteng Agung – Cimanggis kali ini terasa lama, padahal telah kucoba untuk membawa motorku secepat mungkin.

Sesaat pikiran itu kembali menggangguku, Ingin tahu siapa lelaki tersebut.

Kucuran air yang dikeluarkan shower kamar mandi membuatku sedikit lebih segar, cukup lama kumenikmati kucuran air yang membasahi setiap bagian tubuhku, bagai memadamkan panas api yang tak henti-hentinya padam dalam jiwaku. Di saat lain, Jari jemari ini terus mengajakku untuk menari di atas keypad smartphone milikku dan selalu merayuku untuk mengirim pesan singkat padanya, tapi kuurungkan niat itu untuknya. Bagiku, kebahagiannya jauh lebih penting. Biarlah perasaan ini terus terpendam di lapisan yang paling dalam. Hanya aku yang tahu.

Roda terus berputar, sore berganti malam. Suara jangkrik yang saling berbisik menemaniku malam itu, termenung di rooftoop 2nd floor rumah adalah tempat favorit bagiku untuk memikirkannya. Semilir angin malam yang menusuk setiap persendian tak menghalangiku untuk menikmati indahnya rangkaian bintang yang menghiasi malam. Tentunya sambil berharap bintang jatuh dapat kunikmati malam itu, dan ku pun berharap dalam doaku ketika malam itu kutemui bintang jatuh. Sebuah Make a wish yang kupanjatkan kepada-Nya.


Pukul 22.00
Dering SMS berbunyi dari handphoneku, tak lama berselang kubuka pesan singkat darinya :

“maaf ya tadi ada cowo aku, besok ketemu yah jam 9..jangan lupa..love u^^”


Ketika kau terdiam, terduduk dan termenung sunyi,
kau adalah sebuah lukisan kecil yang terus menggoda,
Namun, ketika kau berlari lalu bersembunyi dibelakangku,
kau adalah sebuah misteri yang seharusnya tak pernah melekat di hati.



BEING HONEST Part V

Cerita ini hanyalah sebuah karangan. Apabila ada kesamaan dan kemiripan dalam alur maupun tokoh, itu tak lain hanyalah kebetulan belaka, karena kejadian ini adalah umum ditemui.


Cimanggis, 3 juni 2010
Diposkan oleh Maulana yasha di 16:38 0 komentar