Kamis, 24 Juni 2010

Sehari-cinta part 5..aku adalah radit..

……Aku hanya bisa menatapi setangkai mawar merah yang merekah darinya, terlalu absurd bagiku melangkah mencari sosok laura kala itu, bingung, sejenak kumerenungkan apa yang terjadi saat ini, tak pernah terfikirkan olehku semua berubah hanya dalam sekejap, bahkan masih hangat dalam ingatanku bagaimana tangan laura melingkar erat dipinggangku ketika kuberjalan dengannya beberapa menit yang lalu, masih erat dalam genggamanku secarik kertas bioskop yang tak jadi kunikmati, pukul 21.00, sudah terlewat 20menit film yang awalnya ingin kunikmati dengan laura. Sejak awal aku tahu,hubungan ini hanyalah sebuah jalan yang seharusnya tidak ku ambil, yang seharusnya tidak pernah kutaburkan benih dalam dirinya, hingga saat ini benih ini telah mekar dan merekah diantara aku dan laura, Sejenak kumenarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan tempat ini, sebuah pilihan yang tidak bisa kubantah lagi ; tidak mencari laura. Setangkai mawar merah pemberian laura seolah memanggilku ketika kuberjalan meninggalkan tempat itu tanpa membawa mawar merah dan secarik kertas pemberian laura, karena kupikir biarlah laura menerjemahkan sendiri ketika ia mencoba mencariku, biarlah setangkai mawar itu yang menjawab mengapa kumeninggalkan laura tanpa mencoba berusaha mencarinya.

*****

“aris..”, laura menghela nafas, dilihatnya tatapan mata aris yang terlihat tajam kala itu, namun laura berusaha tenang,lalu melanjutkan pembicaraan, ”aku pengen ngomong sama kamu..” laura terdiam, aris hanya tersenyum melihat keanehan sikap laura kala itu, tapi laura tidak membalas senyuman aris, laura hanya terdiam. Kaku.
“kenapa hun? Lagi ada masalah ya?“ tangan aris melingkar di pundak laura, aris seolah ingin menunjukan keakraban yang selama ini mereka bangun, tapi laura menampik, berusaha menurunkan tangan aris dari pundaknya. Aris hanya terdiam, mungkin ia memaklumi keadaan saat itu yang tengah ramai.
“iya ris…” tangan laura gemetar ketika ia memegang segelas orange juice pesanannya. “..tentang hubungan kita” ,laura terdiam, kepalanya menunduk seolah tak ingin melihat reaksi aris saat itu, ia pasti tahu reaksi aris yang telah lama dikenalnya. Keras. Menyeringai bak macan kelaparan.
“kenapa? Hubungan kita baik, kamu mau lebih serius? Kalo kamu mau lebih serius, Sabar ya hun, kamu kan masih kuliah”
“bukan itu ris…” laura dengan cepat menampik, berusaha mengalihkan pembicaraan aris saat itu, karena memang bukan itu maksud pembicaraannya, rangkaian kata yang telah ia siapkan sebelumnya selalu mengganjal untuk dikeluarkan, tertahan di ujung lidahnya. Ia tidak menyangka aris berfikiran seperti itu,
“terus?”
Sebuah pertanyaan dari aris membuat laura terdiam cukup lama, Ia tahu, aris adalah pria baik. Dengan segala kekurangannya selama ini, aris tetap menjadi yang terbaik untuk dirinya, selalu menemaninya saat ia membutuhkan. Pikiran laura terlempar jauh ke dalam kepingan masa lalu, ingatan akan saat-saat mesra yang dialami membuat laura terdiam cukup lama, ia teringat saat aris menyatakan cintanya, saat aris dengan kepolosannya mengatakan cinta di sebuah pojok kelas SMA Taruna Jaya, saat aris dan dirinya berjanji akan menjaga hubungan ini dengan baik sampai akhir nanti. Tetesan air mata laura terjatuh membulir di pipinya, tetesan air mata yang hanya laura ketahui sebabnya, sebuah penyesalan telah membohongi aris atau bukan, hanya ia yang tahu.
“kamu kenapa ra?”
Laura kembali terdiam, membisu, tak sepatah kata pun terucap dari bibir manisnya, Ucapan dari aris seolah hanya angin lalu saja baginya, walaupun sebenarnya ia mendengar, tapi ia masih belum bisa untuk bekata jujur padanya. Bimbang, pikiran laura seolah menjadi dilema, begitulah manusia, selalu ingin mempunyai pilihan, tetapi ketika pilihan itu datang lebih dari yang diharapkan, manusia tidak bisa menentukan pilihan. Pilihan yang sulit bagi laura, memilih aris yang telah menemaninya selama lebih dari 2tahun atau Radit, pria yang baru saja dikenalnya, yang telah membuat hidupnya menjadi lebih berwarna. Laura semakin terjebak ke dalam sebuah ingatan masa lalu. Pendirian laura hampir goyah karena satu hal, rasa cinta yang sebenarnya masih ada kepada aris sesungguhnya tak ingin ia lepaskan begitu saja. Di depannya, aris hanya terdiam, entah mengapa aris begitu berbeda saat itu, sifat egois dan pemarah yang biasa ia keluarkan seolah-olah menghilang, mengapa aris terlihat lebih baik dari biasanya? “God, tolong aku…” laura bergumam dalam hati. Perasaannya berkata, Ia hanya ingin bersama Radit, bukan aris.
“Aku ga bisa jalanin hubungan ini lagi ris…” laura memecahkan keheningan yang sebelumnya terjadi, kedua mata mereka bertemu di udara “aku ga bisa lagi sama kamu…” aris hanya terdiam, tangannya menyentuh pipi laura perlahan ,lembut, lalu dilihatnya laura dengan tatapan mata yang redup, “lihat aku ra..” aris membujuk. Laura hanya terdiam. Ia tahu, bila saat itu ia menatap aris, semua akan buyar, ia akan kembali luluh oleh ucapan manis aris yang selalu berjanji, selalu ingin berubah, tapi nyatanya? Itu hanya sebuah omong kosong. “tidak untuk kali ini” gumam laura dalam hati. Tapi aris terus membujuk dengan kata-katanya yang terdengar manis, bahkan mengiming-imingi sesuatu yang mewah. “aku bukan wanita murahan ris..bukan harta yang aku cari, tapi aku butuh kasih sayang, dan aku ga dapetin itu dari kamu” . ucap laura dalam hati.

“aku udah pikir baik-baik ris. Ini jalan terbaik buat kita, kamu ga ngerti perasaanku. Kamu udah beda ris. Maaf.”
“tapi ra, aku bisa berubah….kasih aku ke…”
“sssstt…cukup ris”,laura memotong pembicaraan,” aku yakin dengan keputusanku. Aku yakin aku ga ngambil keputusan yang salah, makasih untuk semua yang udah pernah kamu lakuin untukku.” Laura menangis.
“kamu kenapa? Kamu yang beda akhir-akhir ini. Aku selau nyoba untuk hubungin kamu, tapi selalu ga ada jawaban. Bosen sama aku? Lagi suka sama cowo lain?” Nada bicara aris semakin meninggi, ditariknya tangan laura dengan kuat. Laura berusaha menampik, namun aris lebih kuat.
“kamu apa-apan sih ris, ini yang aku ga suka dari kamu, kamu keras!!” mata mereka bertemu di udara. Kali ini laura lebih berani menantang aris. Namun Aris melunak, tiba-tiba saja sikapnya berubah menjadi lebih baik, berusaha merayu laura dengan segala kemampuannya ; memohon, berjanji, bahkan bersumpah untuk menjadi lebih baik. Namun , semua itu hanya sia-sia belaka. Laura mengacuhkannya.
“telat.” Ucap laura sembari berjalan menjauhi aris dengan wajahnya yang masih terlihat cekungan bekas air mata yang membulir beberapa menit yang lalu. Aris berusaha menarik tangan laura, mencoba menahannya, namun dengan sekuat tenaga laura melepaskan tangan Aris yang mecoba menariknya. Kali ini Aris tidak mengejar, hanya sebuah perkataan yang samar-samar terdengar di telinga laura saat itu.
“aku ga terima ra,.liat nanti, kamu bakal nyesel lakuin ini.”
Laura terus melangkah meninggalkan aris, air mata laura tak henti-hentinya mengalir membasahi pipinya. Saat ini,hanya satu yang ia cari, Radit, seseorang yang ia ingin jadikan sandaran baginya, laura terus melangkah menuju tempat dimana ia tinggalkan Radit sekitar 30menit yang lalu. Dengan air matanya yang masih mengalir, laura semakin cepat melangkah dengan tangannya menutupi sebagian wajahnya yang terlihat bengkak karena air mata. Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Radit saat itu. “Radit, kamu dimana? Aku butuh kamu dit” laura terus mencari, tak dipedulikannya air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, berkali-kali Laura berusaha menghubungi Radit, namun gagal, hanya suara mesin penjawab yang didengarnya. Laura berdiri kaku di salah satu tiang penyangga ruangan,pikirannya kosong, hanya sebuah penyesalan yang menggantung di pikirannya. Lalu ia duduk di samping sebuah tempat sampah di ruangan itu,lemas, tak hanya raganya terasa lemas, tapi juga hatinya ikut terasa lemas saat itu. Mata laura tertuju pada sesuatu, sebuah tempat sampah abu-abu di sampingya : setangkai mawar merah teronggok layu dan Secarik kertas terkoyak lemas diantara sampah ruangan .

****

Radit berjalan menyusuri malam yang memisahkan siang, langkahnya terhenti pada sebuah jembatan penyebrangan yang sepi, disandarkan tubuhnya pada pengaman jembatan yang sudah terlihat kusam. Sementara mobil lalu lalang dibawahnya, radit hanya duduk bersandar di lantai jembatan itu, pikirannya melayang entah kemana. Hanya seorang pengemis kecil yang sedang tertidur yang menemaninya, radit melihat anak itu, sebuah realita kehidupan yang harus dijalani, radit mencoba tegar seperti pengemis kecil yang tertidur, kuat manjalani hidup. Radit melangkah mendekatinya, meletakkan jaketnya menyelimuti pengemis kecil yang tidur terlelap di tengah hembusan angin malam, lalu radit memalingkan wajahnya pada sebuah kenyataan, alunan kakinya melangkah meninggalkan pengemis kecil yang sedang tertidur, lalu menuju rumah laura.
“aku di depan rumah kamu ra”
Radit mengirim pesan singkat kepada laura. Laura bergegas keluar. Tidak ada radit. Hanya secarik kertas terselip diantara pagar yang menjulang tinggi di depan rumahnya. Radit menghilang bersama malam. Laura mencari, mencoba menghubungi. Namun, hanya secarik kertas yang tersisa jejaknya.

“Maafkan aku, laura..
aku hanyalah pengganggu hubunganmu dengannya selama ini,
aku mengalah untuk sebuah pilihan yang menurutku adalah sebuah kesalahan bagiku,
sebuah kesalahan yang seharusnya tidak pernah kita jalani,
anggap saja aku hanyalah sebuah kenangan yang kelak akan kau simpan dalam hatimu,
biarlah hanya aku, kau dan tuhan yang tahu bahwa selama ini kita menjalani suatu hubungan yang indah untukku,
terima kasih laura,
untuk “sehari-cinta” yang akan “kutinggalkan padamu..
untuk sehari cinta yang tidak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku..”


1 tahun kemudian.

Penyakit ginjal yang dialami laura kembali menghampiri. Sudah 5 hari laura berbaring di rumah sakit menunggu operasi ginjal yang akan dijalani, 2 hari lagi operasi dimulai. Radit dengan setia menemani laura menghadapi sebuah ketakutan yang teramat sangat, kematian. laura tersenyum melihat radit, dilihatnya lelaki yang satu tahun lalu mustahil dimilikinya, berada tepat disampingnya.

"dit, aku dapet donor ginjal..2 hari lagi aku operasi"

laura mengirimkan pesan singkat kepada Radit. Tidak ada balasan dari radit. operasi sudah semakin dekat. radit menghilang. Satu hari sebelum laura menjalani operasi cangkok ginjal, laura meninggal dunia.

Tak sepasti musim dan waktu, rencana manusia kadang tak berjalan seperti harapan.
Kita hanya bisa berkehendak dan berdoa,
selebihnya ia berkuasa di luar kita,
Tapi kamu tahu, sepasti musim dan waktu.
aku mencintaimu, selalu.
Seperti matahari yang terus terbit mengawali hari dan terbenam demi malam, aku terus menemanimu..
sampai nanti, ketika ragaku tak lagi berujung.
Perasaanku padamu tak pernah berujung.
Jika aku boleh berharap, aku akan terus berada di dekatmu.
Begitu banyak yang ingin kubagi denganmu
Terlalu banyak yang ingin kutunjukan padamu,
Tapi KEMATIAN bukan pilihan,
Juga CINTA,
Bagiku, keduanya adalah hidup.
Keduanya bukan pilihan
Aku akan menjalaninya dengan ikhlas
Kalaupun waktu TIDAK lagi bicara banyak,
Seluruh cintaku akan terus mengatakannya kepadamu,
Bahwa aku,
Selalu mencintaimu..


Tamat. Jenazah Radit dimakamkan di samping kuburan Laura. Dan ginjal keduanya didonorkan kepada sepasang anak kembar yang sampai sekarang masih hidup. Seperti hati laura dan radit yang masih tertanam di kedua anak kembar itu.

When death cant be option, i will still be here, as long as you hold me, in your memory.

memoriam of :
R.I.P Raditya Nugraha Pratama

R.I.P Laura putri kusuma atmaja

Jakarta, Mei 2010..

Thanks to Miranda untuk puisi "ungu violet'a di bagian terakhir. maaf tanpa ijin.

Thanks to teman-teman yang udah baca semua tulisan ini. tanpa kalian, aku bukanlah siapa-siapa.

Sepertinya ini akan menjadi tulisan terakhir.

mohon kritik dan sarannya

Terima kasih.
Jakarta, 16 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar